Kamis, Mei 26, 2011

Menangis Hingga Kedua Matanya Buta


oleh Aidh Abdullah al-Qarni

Penyimpangan dari manhaj Allah dan agama-Nya mempunyai berbagai penyebab. Saya berkeinginan untuk menghimpunkannya buat kaum Muslimin, semoga dapat menemukan jalan yang dapat menghindari penyebab yang memalingkan dari manhaj Allah Azza Wa Jalla yang kekal ini. Sehingga, kaum Muslimin dapat mengobat dirinya sendiri dari segala bencana yang menimpanya.
Beberapa penyebab penyimpangan. Penyebab pertama, jiwa yang kotor. Allah Ta’ala berfirman :
وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لَّأَسْمَعَهُمْ ۖ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوا وَّهُم مُّعْرِضُونَ
“Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu).”(QS. al-Anfal [8] : 23)
Allah Azza Wa Jalla menceritakan perihal suatu kaum yang menyimpang dari manhaj-Nya dan tersesat. Ada orang yang bertanya-tanya, “Mengapa mereka tidak mau datang ke masjid? Mengapa mereka tidak mau membaca al-Qur’an? Mengapa mereka menolak hidayah-Nya? Allah Ta’ala menjawab melalui firman tersebut.

Cukuplah Bagi Kami Dienullah Al-Islam Dan Identitas Sebagai Muslim


oleh Ihsan Tandjung

Suatu ketika selagi berda’wah di Australia, penulis ditanya oleh seorang mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil program paska-sarjana, “Ustadz, mana yang lebih baik antara seorang ‘muslim tapi’ atau orang ‘kafir yang baik’?” Pertanyaan ini sungguh mencerminkan kebingungan penanya yang barangkali juga mewakili kebingungan banyak kaum muslimin dewasa ini. Yang dimaksud dengan seorang ‘muslim tapi’ ialah seorang muslim tapi banyak berbuat dosa. Muslim, tapi korupsi. Muslim, tapi minum khamr. Muslim, tapi berzina. Muslimah, tapi tidak berjilbab. Sedangkan yang dimaksud dengan seorang ‘kafir yang baik’ ialah seorang non-muslim tapi disiplin, rajin bekerja, tertib, teratur, jujur dan lain sebagainya.

Pendapat Ustadz Tentang Saiyid Quthub

ustadz-zainuddin-1.JPGSayyid Quthub adalah salah seorang ulama yang mati syahid demi membela agama Islam ,adapun beliau adalah manusia biasa yang kadang salah terkadang benar. Adapun kesalahan beliau dinilai berdasarkan tingkatannya. Adapun pendapatnya yang sesuai dengan Alqur’an Dan Asunnah kita ambil namun kesalahannya yang bertentangan dengan Alqur’an Dan Asunnah kita tinggalkan.
Oleh karena itu , siapapun dia , apakah dia orang yang terpandang maupun shalih dapat tertimpa hal serupa, bahkan syaikh robi’ sekalipun pernah tergelincir dalam tulisan maupun ceramahnya.[1]
Maka dapat menjadi suatu keharusan adanya suatu kaidah untuk dapat melindungi kehormatan mereka para ulama dari pencercaan, karena terjadinya suatu kekelireuan yang pasti menimpa dikalangan mereka. Orang-orang yang secara umum dipandang sebagai orang yang baik dan saleh tidak boleh direndahkan kedudukannya karena kesalahan yang dilakukannya. Hal itu tidak dapat ia elakan, kecuali oleh orang yang maksum.