"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kamu." [Qs. al-Anfal (8):25]
Sebuah amal mulia, tidak akan mampu dipikul kecuali oleh orang-orang yang mulia, yang dengan amal itulah Allah memuliakan para nabi dan rasul-Nyn serta orang-orang yang mewarisi jejak langkah mereka dengan sebaik-baiknya. Siapapun yang mengerjakan amal tersebut, maka ia akan menyandang kemuliaan, sebuah kemuliaan yang tidak hanya untuk dirinya sendiri, namun juga bagi seluruh alam. Akan tetapi, semulia apapun orang tersebut, apabila melalaikan amal ini, niscaya ia akan jatuh bersama orang-orang yang hina.
Amar Ma'ruf Nahi Munkar, itulah amal mulia tersebut. Sebuah kalimat, ungkapan dan istilah yang ringan di lisan, namun berat untuk diemban.
Keshalihan kadangkala akan melenakan diri seseorang, sehingga ia merasa cukup dan aman dengannya. la tidak terlalu peduli dengan kondisi umat yang ada, apalagi untuk memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi umat.
la puas hanya dengan duduk-duduk di halaqah-halaqah pengajian di pojok masjid. Seolah-olah ia telah melakukan hal yang sangat besar, padahal manusia di sekitarnya kehausan akan kesejukan Islam dan iman, hanya saja mereka tidak menyadarinya.
Padahal keshalihan tidaklah cukup untuk merubah kondisi yang ada di sekitarnya. Namun, setelah seseorang mampu menshalihkan dirinya sendiri, maka dibutuhkan kesadaran dan kepedulian sosial yang tinggi, yang dengannya mampu menumbuhkan kepekaan seseorang terhadap apa yang terjadi di sekitar diri dan lingkungannya.
Tidak sedikit pula orang yang salah sangka bahwa ia tidak akan "pernah" melaksanakan amal ma'ruf nahi munkar, karena menganggap dirinya belum "benar-benir" shalih. Sebuah sangkaan yang dibuat-buat, dengan dalih:
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri ." [QS. al-Baqarah (2): 44]
Larangan tersebut bukan "mencegah" seseorang untuk mengajak orang lain berbuat baik, tetapi larangan bagi yang memadukan keduanya, Yaitu menyuruh kebaikan kepada orang lain namun ia sendiri tidak mengerjakannya.
Padahal ketika kita mengaku mengikuti jejak kehidupan dan akhlak Rasulullah, maka di sana akan ditemukan kesempurnaan akhlak yang melekat pada diri Rasullullah.
Bukankah Rasulullah adalah orang yang paling peduli terhadap umatnya? Hingga ketika malaikat maut datang pun ia tetap mengingat umatnya?
Lalu .
tidak malukah kita jika kita mengaku mengikuti beliau , tapi justru melalaikan amal tersebut,
yaitu amal peduli umat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar