Oleh  karena itu , siapapun dia , apakah dia orang yang terpandang maupun  shalih dapat tertimpa hal serupa, bahkan syaikh robi’ sekalipun pernah  tergelincir dalam tulisan maupun ceramahnya.[1]
Maka  dapat menjadi suatu keharusan adanya suatu kaidah untuk dapat  melindungi kehormatan mereka para ulama dari pencercaan, karena  terjadinya suatu kekelireuan yang pasti menimpa dikalangan mereka.  Orang-orang yang secara umum dipandang sebagai orang yang baik dan saleh  tidak boleh direndahkan kedudukannya karena kesalahan yang  dilakukannya. Hal itu tidak dapat ia elakan, kecuali oleh orang yang  maksum.
Said Bin Al Musayyab berkata: “Tidak  seorang pun yang terhormat maupun yang alim yang selamat dari cacat.  Akan tetapi, ada diantara manusia ini orang-orang yang tidak patut  disebut-sebut cacatnya jika orang itu kebaikannya jauh lebih banyak dari  kekurangannya, dan kekurangannya tertutup oleh kelebihannya,”[2].
Dalam hal ini Ibnul Qoyyim berkata:  “Kalau setiap orang yang berbuat keliru atau salah dibuang secara total  atau segala kebaikannya dipandang tidak berarti sedikitpun , maka  seluruh ilmu teknik keterampilan dan hukum menjadi rusak dan hancur  lebur bangunannya.”[3].
Syaikh Al Allamah Abdul Azis Bin Abdullah Alu Syaikh berkata, “Kitab  Tafsir Fizhilalil Qur’an adalah kitab yang bermanfaat . penulisnya  menuliskannya agar Al Qur’an ini dijadikan sebagai undang-undang  kehidupan. Kitab ini bukanlah tafsir dalam arti kata harfiah, tetapi  penulisnya banyak menampilkan ayat-ayat Al Qur’an yang dibutuhkan oleh  seorang muslim dalam hidupnya…disana ada orang yang mengkritik sebagian  istilah yang terdapat dalam kitab ini namun sesungguhnya hal-hal yang  dianggap kesalahan ini adalah dikarenakan indahnya perkataan sayyid  quthub dan tingginya gaya bahasa yang beliau pergunakan diatas gaya  bahasa pembaca. Inilah sebenarnya yang tidak dipahami oleh sebagian  orang yang mengkritiknya.Kalau saja mereka mau menyelaminya lebih dalam  dan mengulangi bacaannya, sungguh akan jelas bagi mereka kesalahan  mereka, dan kebenaran Sayyid Quthub.”[4]
Syaikh Manna Al Qahthan-rahimahullah- berkata,”Sayyid  Quthub telah menjumpai tuhannya dalam keadaan syahid demi mebela  aqidahnya dengan meninggalkan warisan pemikirannya dan yang paling  terdepan dalam kitab tafsirnya yang berjudul fizhilalil qur’an.Ini  adalah kitab tafsir yang sempurna bagi kehidupan dibawah naungan  alqur’an dan petunjuk islam.Penulisnya hidup dibawah naungan alqur’an  sebagaiman yng dipahami dalam judulnya, beliau menikmati keindahan dalam  alqur’an dan mengungkapkannya dengan segala perasaannya; ungkapan yang  jujur… kitab ini terdiri dari 8 jilid dan telah dicetak berkali-kali  dalam beberapa tahunb, dikarenakan ia mendapat sambutan yang hangat dari  para ilmuwan[5].
Kemudian  Syaikh Al Allamah Bakr Abdullah Abu Zaid Hafizhahullah, anggota hay’ah  kibar al-ulama Saudi Arabia, memberikan tanggapan tentang buku Syaikh  Rabi’ Almadkhali yang berjudul: “Adhwa Islamiyah ‘Ala ‘Aqidati Sayyid Quthb Wa Fikrih.” Syaikh Bakr berkata,  “ Sesungguhnya dalam buku sayyid quthub rahimahullah yang berjudul ‘  muqawwimat at tashawwur al islamiy’ terdapat bantahan yang tegas  terhadap orang-orang yang mengatakan wihdatul wujud. Untuk itu  kamikatakan semoga allah mengampuni sayyid quthub atasperkataannya yang  mutsyabih yang beliau utarakan dengan suatu uslub dimana terdapat ibarat  yang luas didalamnya. Dan perkataan yangsamar dari sayyid quthub  semacam ini harus dikalahkan dengan perkataan lain dari sayyid quthub  yang tegas.”[6]
Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid juga mengatakan dalam surat terbuka beliau kepada Syaikh Rabi’.”Dan  diantara daftar isi tertulis ‘perkataan sayyid quthub tentang khalqul  qur’an dan bahwa kalam allah adalah ibarat suatu kehendak’…..Akan  tetapi, ketika saya membaca halaman-halaman yang disebutkan, saya tidak  mendapatkan satu hurufpun yang didalamnya menunjukan bahwa sayyid quthub  rahimahullahu ta’ala mengatakan al qur’an itu makhluk.Kenapa  begitumudahnya anda melemparkan tuduhan takfir ini?”
Surat  terbuka ini sesungguhnya karena permintaan dari Dr robi’ sendiri kepada  Syaikh Bakr agar bersedia memberikan pengantar atau komentar atas buku  beliau yang menyerang sayyid quthub. Semula Syaikh Bakr yang juga banyak  syair dan mengusai sastra arab enggan memberikan komentarnya . namun  karena Dr.robi mendesak beliau agar berkenan memberikan komentarnya,  akhirnya beliau menuliskan pendapat beliau yang sesungguhnya tentang  buku “Adhwa Islamiyah ‘Ala ‘Aqidati Sayyid Quthb Wa Fikrih.” (Pandangan  islam atas aqidah dan pemikiran sayyid quthub).
Dalam  surat yang cukup panjang lebar tersebut, Syaikh Bakr mengungkapkan  ketidak setujuannya atas buku dimaksud dengan bahasa yang cukup keras  namun santun. Syaikh juga menyebutkan kelemahan-kelemahan dan  kesalahan-kesalahan yang terdapat di buku tersebut. Diakhir surat syaikh  bakr berpesan kepada Dr robi’ : “dan pada penutup surat ini ,  sesungguhnya saya menasehatkan kepada saudaraku yang terhormat fillah,  agar menvcabut percetakan “Adhwa Islamiyah ‘ala ‘aqidati sayyid quthb wa  fikrih.”. sesungguhnya buku ini tidakl boleh diterbitkan dan diedarkan  karena didalamnya terdapat pelecehan yang amat berat dan pengaruh yang  sangat besar terhadap para pemuda umat ini untuk terjerumus kedalam  perbuatan mencela ulama, mendeskreditkan ulama, meremehkan kemampuan  mereka dan melalaikan segala keutamaan mereka. Dan maafkanlah saya  –semoga Allah memberikan berkah kepada anda- jika saya agak keras dalam  menggunakan istilah. Hal ini tak lain karena saya melihat pelecehan anda  yang sangat berat dank arena rasa sayang saya kepada anda, jika  dikarenakan keinginan anda yang begitu menggebu untuk mengetahui apa  pendapat saya tentang buku anda tersebut… maka , pena saya pun  menuliskannya sebagaimana yang telah lalu. Semoga allah memberikan  kebaikan kepada apa yang telah saya tulis dan kepada semuanya.” (Amin)
Syaikh  Bakr juga mengatakan , bahwa perbedaan bahasa arab yang digunakan  Syaikh sayyid quthub dan syaikh robi’ ibarat bahasa yang digunakan  seorang mahasiswa dan anak I’dadi (persiapan bahasa). Sehingga anak yang  masih I’dad tidak begitu faham dengan bahasa mahasiswa..
            Begitulah  pendapat kami tentang Sayyid Quthub –rahimahullah-, bahwa pendapat kami  terhadap Sayyid Quthub –rahimahullah-, sama dengan pendapat Syaikh Bakr  Abdullah Abu Zaid, Syaikh Manna Al Qahthan Rahimahullah,Syaikh Abdullah  bin Abdurrahman bin Jibrin[7] Dan Syaikh Al Allamah Abdul Azis Bin Abdullah Alu Syaikh –Hafidzahullah-(Ketua Lajnah Da’imah Sekarang).    
[1] Kesalahan dalam membaca Al-Qur’an:
 dalam kaset syekh robi‘ bin hadi al-madkholi yang berjudul “Liqo` Tholabatil
‘Ilmi,” beliau membaca surat al-baqoroh 155 : wa lanabluwannakum bi syay`in minal khowfi wal juu’i wa naqshin minal amwaali wats-tsamaroot…
seharusnya : minal amwaali WAL ANFUSI wats-tsamaroot
kurang “wal anfusi”
2. judul kaset : Al-Makhroj Minal Fitan surat ali imron 80
syekh robi‘ membaca : maa kaana li basyarin an ya`tiyahullahul kitaaba …
seharusnya : an YU`TIYAHULLAHUL kitaaba…
beliau membaca dengan fathah ya`, padahal seharusnya dengan dhommah ya`.
3. judul kaset : Al-Makhroj Minal Fitan
surat ali imron 80
syekh robi‘ membaca : … wa laakin kuunuu robbaaniyyiina bimaa kuntum tatluunal kitaaba…
seharusnya : bimaa kuntum TU’ALLIMUUNAL kitaaba… ini salahnya fatal banget!
4. judul kaset : Shifat Al-Abror
surat ali imron 195
syekh robi‘ membaca : fastajaaba lahum robbuhum innii laa udhii’u ‘amala …
seharusnya : … robbuhum ANNII laa…
beliau membaca dengan kasrah hamzah. padahal seharusnya dengan fathah.
judul kaset : Asy-Syabaab wa Musykilaatuh surat an-nisaa` 83
syekh robi‘ membaca : wa idzaa jaaaa`ahum amrun minal khowfi adzaa’uu bih
seharusnya : amrun minal AMNI AWIL khowfi …
kurang : dua kata (AMNI AWIL)
ini yang paling parah, karena terdapat dalam tiga kaset.
judul kaset : Al-I’tisham bil Kitab was Sunnah; Wujubul Ittiba’ Lal Ibtida’; Nadwah ‘Anil Jihad Ma’a Ibni Jibrin
surat an-nisaa` 115
syekh robi‘ al-madkholi membaca : wa man yusyaaaaqqir rasuula min ba’di…
(beliau membaca dengan mad lazim mutsaqqol kalimi. ini salah)
seharusnya : ... YUSYAAQIQIR rasuula min…
[2] Al bidayah wan nihayah , Ibnu Katsir 9/100
[3] Madarijus salikin, 2/39
[4] fatwa tertanggal 20/8/2005 M
   Berikut teks aslinya:
   مفتى المملكة يشيد بسيد قطب ومؤلفاته
20-8-2005
“…يأتي  هذا التصريح من سماحة الشيخ عبد العزيز قاطعا للجدل الدائر حول كتاب ” في  ظلال القرآن ” لاسيما وأنه صادر من أعلى مرجعية للفتوى في المملكة في وقت  تشتد فيه الحملة على سيد قطب من قبل الكثير من التيارات الفكرية المعاصرة…”
أشاد  سماحة الشيخ العلامة عبد العزيز بن عبد الله آل الشيخ مفتي عام المملكة  بكتاب ” في ظلال القرآن ” لسيد قطب رحمه الله وذلك في أحد دروسه التي  ألقاها مؤخرا. 
ومما  ذكره عن كتاب ” في ظلال القرآن ” أنه كتاب نافع كتبه مؤلفه ليجعل من  القرآن نظام حياة وهو ليس تفسيرا بالمعنى الحرفي إلا أنه استخرج من القرآن  الكثير مما يحتاج إليه المسلم. 
وذكر  سماحته أن هناك من شنع على بعض العبارات التي وردت في كتاب الظلال إلا أن  هذه الأخطاء سببها علو كلام سيد وسمو أسلوبه فوق أسلوب القارئ وهذا ما لم  يفهمه بعض من انتقدوه ولو أنهم أعادوا النظر وكرروا القراءة لتبين لهم  خطأهم وصواب سيد قطب. 
وأشار  إلى أن سيد قطب كان له توجهات مخالفة للإسلام إلا أنه تاب منها وعاد إلى  الصواب وانصرف إلى الكتابة في القرآن الكريم وقد وقعت له أخطاء في بعض كتبه  القديمة أعلن تراجعه عنها فيما بعد كما وقع له في الظلال بعض الأخطاء التي  سببها له قلة علمه الشرعي. 
ودعا  في كلمته إلى وجوب إحسان الظن بالناس وحمل كلامهم على أحسن المحامل كما  أوصى طلبة العلم بقراءة كتاب الظلال والاستفادة مما فيه ونبه في كلامه إلى  أن سيد قطب قتل شهيدا. 
وأصدر  حكم الإعدام على سيد قطب الرئيس المصري الأسبق جمال عبد الناصر بعد أن رفض  سيد كتابة اعتذار أو طلب العفو منه وقد كانت هناك جهود كثيرة لرفع حكم  الإعدام عن سيد والشفاعة في إطلاق سراحه منها محاولات قام بها الملك فيصل  بن عبد العزيز رحمه الله إلى أنها باءت بالفشل. 
ويعتبر  سيد قطب رحمه الله وكتابه ” في ظلال القرآن ” أحد القضايا المحورية التي  تدور عليها صراعات فكرية معاصرة وقد انقسم الناس في سيد قطب وكتاباته إلى  مذاهب عديدة كان أحظاها بالصواب هو تقرير ما في كتبه من الأخطاء وهي قليلة  مع الاعتذار له والإشادة بجهوده في خدمة الإسلام وتأصيل قضايا الدعوة  والحكم بالشريعة. 
ويأتي  هذا التصريح من سماحة الشيخ عبد العزيز قاطعا للجدل الدائر حول كتاب ” في  ظلال القرآن ” لاسيما وأنه صادر من أعلى مرجعية للفتوى في المملكة في وقت  تشتد فيه الحملة على سيد قطب من قبل الكثير من التيارات الفكرية المعاصرة  فمنهم من يحمله جميع أسباب العنف الموجود في العالم الإسلامي وأن كتبه رافد  رئيس من روافد الغلو والعنف في العالم الإسلامي ومنهم من يرى أنه من  الكفار المرتدين. 
وتجدر  الإشارة إلى أن مؤلفات سيد قطب والكثير من مؤلفات أخيه محمد قطب ممنوعة من  التداول في العديد من الدول العربية بما فيها المملكة العربية السعودية. 
[5] Mabhits fi ‘Ulum Al-Qur’an/Syaikh Manna’ Khalil Al-Qaththan/hal 362-363/penerbit maktabah Wahbah –Kairo Mesir
[6] Surat tertanggal 17/01/2004, bisa dilihat di  www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=94
Tidak ada komentar:
Posting Komentar